~ Wajah hitam putih


Jejak kakimu meninggalkan ingatan palsu pada jalanan riuh di lorong kehidupan
Berlomba dengan fajar musim panas  yang datang pertama hingga senja yang enggan berhenti mencumbu para kelana
Tubuh tuamu bermandikan mentari yang tak mau mengalah untuk malu pada keteguhanmu yang selalu kau lepas
Kau, si asing yang berwajah asih dibenturkan dalam warna hitam putih pada potret ukuran tiga kali lima inci
Mematung tanpa keluh dengan kerumunan debu di sudut rumah yang mulai layu dimakan waktu
Pemurung bertopeng gembira yang gemar  berucap jenaka kepada mereka yang kau sebut buah cinta

Pulanglah ayah...
Kopi pekat mu menunggu di sudut meja untuk kau resapi bersama surat kabar yang tak pernah menganggur sendiri
Pulanglah ayah...
Sajadah yang menggantung di pintu kamar memanggil merindukan sentuhanmu setiap kali Adzan berkumandang -
...bahkan kursi yang biasa kau singgahi merindukan tubuh mu yang terletih dalam mencari pangan.
Pulanglah ayah...
Dan ceritakan lagi pejuang-pejuang yang kau teladani dalam mengabdi pada ibu Pertiwi.

~A.n

No comments