Aku Resah

Aku tinggal di bagian bumi yang indah alamnya dan kaya raya,
Kaya akan hasil buminya,
Kaya akan beragam budaya dan bahasanya
Kaya akan sifat artistik dan religinya.
Aku tinggal di bagian bumi yang masyarakatnya dikenal dengan-
Keramahannya;
Gotong royongnya;
Kebhinekaannya, 
Meski warna kulit kita beda, suku kita beda, ras kita beda, bahasa kita beda. 
Tapi kita saudara satu bumi Pertiwi yang sama.

Tapi sekarang aku resah.
Iya, aku resah tinggal di bagian bumi yang indah itu, sebab sekarang menjadi berbeda itu mengerikan,
Karena yang berbeda akan dicemoh, di diskriminasi, hingga di bully,
Bahkan meskipun itu untuk kebenaran.

Aku resah tinggal di bumi yang bhineka,
Sebab keramahannya sudah luntur, gotong royongnya tak lagi timbul, 
pada yang berbeda -suku, agama, ras, warna kulit-nya bersikap rasis,
pada yang asing akan bersikap sinis,
pada saudara yang berbeda pendapat bersikap mencela, seolah-oleh dirinya wakil Tuhan yang tahu segalanya.

Aku terus resah...
Ketika semakin banyak yang menggaungkan perubahan dasar negara,
Ketika semakin banyak yang menyukai perusakan warisan budaya,
Ketika yang mayoritas bertindak sekenanya,
Sedangkan Tuhan menginginkan kita berbeda. 
Lalu apa yang salah menjadi berbeda?
Apa yang salah merawat melestarikan budaya?

Oh tidak,
Aku semakin resah,
Ibu pertiwi sedang susah, 
Sang Garuda, penjaga Pertiwi pun terbaring lemah.
Dan kita menginjak-injak Sang Garuda,
Merusak tubuh ibu Pertiwi.
Membenarkan yang salah,
Menipu dengan dalil agama, bertindak gegabah, 
dan banyak sekali yang suka mengambil hak warga Nusantara.

Aku resah. 
Mungkin anak cucuku nanti tidak bisa menyaksikan kegagahan Sang Garuda 
membawa bendera Pusaka,
Atau ikut bagian dalam perbedaan yang indah.
Mungkin beberapa tahun ke depan, anak cucuku hanya tau tentang dongeng kebhinekaan,
Karena mungkin saja, pusaka merah-putih itu,
Menjadi satu warna terpadu dengan tulisan bukan dari warisan ibu...
..dan itu membuatku semakin resah.
Aku resah dan terus resah.

~A.n~
Madura, 15 Agustus 2017
*Tulisan ini ditulis dengan keresahan yang sebenar-benarnya.

No comments